“ Katakan, sesungguhnya sholat ku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanya untuk Allah, seru
sekalian alam, tiada sekutu baginya, dan
demikianlah yang di perintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. Al-An’am : 162-163)
Jikalau kita mencoba untuk sedikit menguak
makna yang terkandung pada ayat atau kalam Gusti Allah di atas, tentunya bagi
kita yang hati kita dalam genggaman kuasa Allah akan mempertanyakan sudahkan
kita tidak menduakan Gusti Allah ?. Tentunya jawabannya berada dalam hati kita
karena hal ini berkaitan dengan kewajiban-kewajiban asasi kita sebagai hamba
Gusti Allah dan kewajiban asasi terkait dengan penghambaan kita akan Allah
sebagai wujud dari keikhlasan diri kita.
Ikhlas, adalah sebuah kata yang tak asing lagi di telinga kita. Kata ikhlas sering digunakan dalam berbagai aktifitas hidup kita, mulai saat
bersedekah, beribadah, bekerja, berusaha,
membantu orang lain, berkeluarga, dan banyak
aktifitas hidup lainnya. Kata ikhlas biasanya, sering kita gunakan untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang tidak beroreintasi materil, tanpa
pamrih dan tulus.
Ikhlas adalah sebuah kemurnian
niat, ucapan, tindakan, dan perbuatan yang benar-benar
di tujukan
untuk mengharap keridhaan Allah SWT. Cuma Allah tujuannya,
bukan
yang lain, tak boleh bercabang,
tak boleh ternodai oleh tujuan-tujuan
yang lain. Kalau bercampur atau bercabang, apapun tindakannya, keikhlasannya atau luntur, dan tidak diterima oleh Allah.
Ikhlas adalah suatu rahasia
antara Allah dan hambanya. Bahkan
malaikat dan syetan tak mampu mengetahuinya, karena ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hambanya. Berbahagialah hamba-hamba yang hatinya ikhlas, karena dia akan mendapat rahmat, karunia, dan ridha.
Ikhlas adalah proses
permurnian diri, bahwa tak ada zat yang patut
disembah, tempat mengadu, dan tempat bergantung kecuali
Allah. Tak ada jalan
lain
untuk
mengisi kekosongan dan kehampaan
spritualitas, kecuali dengan ikhlas. Karena hanya dengan ikhlas lah hati manusia akan kembali tentram dan bahagia.
Manusia ikhlas akan senantiasa memancarkan
energi positif, yang akan membawanya pada keselamatan dan kesejahteraan
hidup.
Ikhlas
adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Karena mustahil sebuah amal diterima oleh Allah tanpa keikhlasan. Ikhlas juga,
syarat mutlak dikabulkannya sebuah DIKIR,
karena DIKIR adalah senjatanya. Suatu
sarana yang digunakan seorang mu’min
apabila usaha-usaha rasional menemui
jalan buntu. Karena tak ada pintu lain yang
bisa menolong kecuali pintu Allah. Dan cara mengetuknya
melalui DIKIR, tapi hanya DIKIR
orang-orang ikhlaslah yang akan dipenuhi oleh Allah.
Menggapai hakikat ikhlas,
laksana menyelami lautan
yang dalam. Banyak orang
yang kehabisan nafas sebelum mencapai dasar lautan, akibatnya banyak yang tenggelam
kecuali sebagian kecil saja.
Berbahagialah hamba-hamba yang telah mencapai
nilai-nilai keikhlasan di hatinya. Karena Allah menjamin tempat
kembali yang paling baik buat mereka, menyelamatkan mereka
dari segala kesulitan hidup, melapangkan hatinya
dan mengangkat beban-beban hidup dipundaknya.
Keikhlasan akan menguatkan dan menopang
orang-orang yang meniti di
jalan Allah. Karena
hanya dari Allah
lah datangnya pertolongan
dan taufiq hidayah , juga
hanya kepada-Nyalah kembali semua
urusan. Dan Allah adalah
sebaik-baiknya penolong.
Kekuatan ikhlas,
ternyata dapat memberikan perubahan positif dalam kehidupan
manusia. Kekuatan positif inilah yang membuat orang ikhlas, selalu
mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya. Orang ikhlas hatinya,
akan selalu di lapangkan hidupnya oleh
Allah, jiwanya selalu berserah diri pada pencipta-Nya. Sehingga beban-beban
di punggungnya, akan di ringankan oleh Allah
dari beban-beban ujian yang memberatkan hidupnya,
semua kesulitannya akan di mudahkan oleh
Allah. Karena orang ikhlas selalu percaya, sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
Dan ia percaya, Allah akan selalu menolong
hamba-hambanya yang ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar